Monday, February 13, 2012

PENTINGNYA KONSELING KARIR DI SEKOLAH

A. Latar Belakang
Dalam era pembangunan dan perkembangan teknologi mutakhir masa kini, kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang unggul, sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan semakin tinggi. Bertolak dari hal tersebut, maka telah menjadi tujuan pendidikan nasional, untuk mengembangkan manusia Indonesia terutama generasi muda, agar mampu mempersiapkan diri untuk kelak berpartisipasi dalam usaha – usaha pembangunan Indonesia. Hal ini seperti yang dirumuskan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Dengan kata lain pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya membantu dan menyokong tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan individu yang utuh, yang mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki secara optimal untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian tercipta manusia Indonesia yang memiliki ketaqwaan terhadap Tuhan YME, pengetahuan yang luas dan perkembangan kepribadian yang optimal. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Hamrin & Clifford, dalam Jones (1951) bahwa “tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu membuat pilihan – pilihan, penyesuaian – penyesuaian, dan interpretasi – interpretasi dalam hubungannya dengan situasi – situasi tertentu.” (Prayitno & Amti, 2004:112).
Salah satu bidang pelayanan bimbingan dan konseling yang berupaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional adalah bidang pengembangan karir, atau disebut juga bimbingan karir. Ahmadi (1977) dalam Salahuddin (2010:116) merumuskan bimbingan karir atau jabatan sebagai “usaha bimbingan kepada peserta didik dalam usaha pertimbangan untuk bekerja atau tidak, dan jika perlu bekerja.... memiliki lapangan kerja yang cocok dengan ciri – ciri pribadi, menentukan lapangan pekerjaan dan memasukinya serta mengadakan penyesuaian kerja secara baik.” Berdasarkan rumusan ini, dapat dikatakan bahwa bimbingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia mampu merencanakann karirnya dengan mantap, sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan, pengetahuan dan kepribadian, serta faktor – faktor yang mendukung kemajuan dirinya. Faktor – faktor yang mendukung perkembangan diri individu ini antara lain adalah status sosial dan ekonomi keluarga, layanan informasi dan konseling karir.
Layanan informasi karir pada dasarnya merupakan layanan yang memberikan data atau fakta kepada siswa tentang dunia pekerjaan/jabatan/karir. Informasi karir ini menurut Winkel & Hastuti (2010:319) mencakup “semua data mengenai jenis – jenis pekerjaan yang ada di masyarakat (field of occupation), mengenai gradasi posisi dalam lingkup suatu jabatan (level of occupation), mengenai persyaratan tahap dan jenis pendidikan, mengenai sistem klasifikasi jabatan, dan mengenai prospek masa depan berkaitan dengan kebutuhan riil masyarakat akan jenis/corak pekerjaan tertentu.” Sedangkan Sears dalam Suherman (2009) mendefinisikan konseling karir sebagai suatu hubungan one to one atau kelompok kecil antara seorang konseli dan seorang konselor dengan tujuan membantu konseli mengintegrasikan dan menerapkan pemahaman diri dan lingkungan untuk membuat keputusan – keputusan dan penyesuaian – penyesuaian karir yang lebih tepat.
Sebagian besar orang menganggap bekerja dan memiliki karir adalah hal yang penting dan merupakan kebutuhan yang harus dilakukan. Karena tanpa bekerja kita tidak dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidup kita. Bagi sebagian orang yang lain, bekerja dan berkarir tidak hanya bermakna agar ia dapat mempertahankan hidupnya secara fisik, namun juga merupakan suatu aktifitas yang membawa dampak positif bagi masyarakat dan bangsa. Lebih jauh lagi, bekerja dan berkarir memberi kepuasan pribadi dan makna bagi dirinya sebagai suatu identitas. Hal ini seperti dikemukakan Fuhrmann (1990:426) bahwa “kita [Orang Amerika] adalah bangsa para pekerja yang memperkenalkan diri kita pada orang lain sesuai dengan pekerjaan yang kita lakukan. Ketika orang bertanya “Siapa anda?” hampir semua orang menjawab dengan jenis pekerjaan yang dilakukannya, “Saya adalah seorang guru”, “Saya adalah seorang pengacara, “Saya adalah seorang dokter”.”
Banyaknya jumlah pekerjaan dengan variasi jenis dan tahap keahlian, yang menuntut penguasaan pengetahuan, kemampuan – kecakapan, keterampilan dan sikap – sikap tertentu yang juga terus berkembang atau berubah dengan cepat, sering kali menimbulkan kebingungan dan masalah pada remaja. Kebingungan dan kesulitan remaja dalam memahami, merencanakan dan mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, juga dipersulit oleh kenyataan yang dihadapi saat ini, yaitu kelangkaan lapangan kerja. Krisis moneter negara kita yang terjadi beberapa tahun lalu, menyebabkan banyak perusahaan menengah dan besar mengalami kebangkrutan. Sejumlah karyawan dan buruh mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Disamping itu, kondisi dalam negeri yang seringkali mengalami goncangan sosial dan politik, mengakibatkan hingga kini perkembangan ekonomi Indonesia masih berjalan lambat. Birokrasi yang masih berbelit turut mengakibatkan para investor asing sangat berhati – hati untuk menanamkan modalnya di Indonesia, akibatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia masih tetap rendah. Bahkan awal tahun 2011 dilaporkan oleh wartawan VIVAnews, bahwa ditahun 2010 masih terdapat 31,02 juta jiwa penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi demikian, tentu saja turut menambah rumitnya masalah dan kebingungan yang dihadapi berbagai pihak termasuk remaja, dalam menghadapi dan merencanakan masa depannya.
Berkenaan dengan masalah pekerjaan atau bekerja ini, hal yang sering menjadi perhatian adalah padangan masyarakat tentang pekerjaan atau bekerja itu sendiri. Sukmadinata (2007:89) menyatakan bahwa “Selama ini ada pandangan bahwa yang dimaksud dengan bekerja itu adalah bekerja pada pemerintah, pada lembaga atau perusahaan negara atau swasta, atau bekerja pada orang lain dan mendapatkan gaji atau upah. Bekerja sendiri, memproduksi sesuatu barang, memberikan jasa atau pelayanan, berdagang, dll., sering dipandang sebagai bukan bekerja.” Pandangan masyarakat ini sangat besar pengaruhnya terhadap pandangan anak dan remaja khususnya, karena remaja di Indonesia cenderung mengikuti pandangan orang tua mereka dan masyarakat pada umumnya.
Untuk menghadapi dan mengatasi masalah dan kebingungan tersebut, remaja perlu mendapat bantuan dari orang tua, sekolah dan lembaga – lembaga terkait. Melalui bimbingan dan konseling karir di sekolah, peserta didik dapat memperoleh layanan informasi karir yang lebih terencana, sistematis, dan terfokus. Dengan demikian peserta didik dapat dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depannya dan lebih termotivasi dalam belajar demi mencapai cita – citanya. Hal ini seperti dijelaskan oleh Winkel & Hastuti (2010:621) bahwa “ragam bimbingan karir berkaitan erat dengan komponen bimbingan penempatan (placement), yang mencakup semua usaha membantu peserta didik merencanakan masa depannya selama masih di sekolah dan setelah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan kelak memegang jabatan tertentu.”
Lebih lanjut Sukardi & Kusmawati (2008:14) merumuskan pokok – pokok rincian bidang bimbingan karir yang salah satunya adalah “orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.” Dengan kata lain, bimbingan karir dan konseling karir di sekolah adalah upaya pemberian informasi yang berhubungan dengan sekolah lanjutan. Misalnya ditingkat SD diberikan informasi tentang jenis – jenis pekerjaan pada umumnya yang dikenal di masyarakat, seperti dokter, guru, polisi, dll. Di tingkat SMP, dijelaskan tentang apa itu SMA, SMK, MTs, dan MA; jurusan apa yang dapat diambil pada pendidikan lanjutan kelak sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan siswa, dan sebagainya. Ditingkat SMA dijelaskan tentang jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Perbedaan universitas, sekolah tinggi, dan institut. Serta persiapan masuk perguruan tinggi. Ditingkat Perguruan Tinggi, dijelaskan mengenai kesiapan seseorang dalam bekerja. Memberi motivasi bagaimana agar senang atau menyukai pekerjaan yang dipilihnya.
Layanan konseling karir penting diberikan bagi remaja, sebagai salah satu sarana meningkatkan kesejahteraan remaja. Dengan demikian remaja memiliki peluang untuk mencapai masa depan yang menjanjikan. Santrock (2007:15) mengingatkan bahwa “masa depan anak muda merupakan masa depan masyarakat kita. Remaja yang belum mengembangkan potensinya secara utuh, yang hanya memberikan kontribusi yang kecil, yang tidak berperan sebagai orang dewasa yang produktif, akan merugikan masa depan masyarakat kita.” Karenanya, layanan konseling karir dalam program bimbingan karir di sekolah, penting diberikan bagi remaja. Dengan begitu remaja memiliki gambaran apa yang ingin dan dapat dilakukan setelah lulus sekolah, yang membawa manfaat bagi kehidupan pribadi dan masyarakat secara luas. Disamping itu, melalui informasi dan konseling karir, remaja lebih siap kelak ketika memasuki dunia orang dewasa dengan berbagai resiko dan tanggung jawab yang diembannya.
Layanan konseling karir merupakan bagian dari bidang pengembangan karir atau bidang bimbingan karir dalam program bimbingan dan konseling di sekolah. Konseling karir diharapkan dapat memberikan tidak hanya informasi karir, namun juga bantuan untuk mengatasi masalah dan kebingungan remaja, dalam
Melalui informasi yang diperoleh dalam konseling karir di sekolah, siswa dibantu untuk memilih dan menentukan apa yang ingin dilakukan setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah. Apakah ia ingin meneruskan ke jenjang pendidikan selanjutnya, atau memilih untuk bekerja. Dengan kata lain, melalui informasi yang diperoleh dalam konseling karir, remaja dapat mempersiapkan dan atau merencanakan karir dan masa depannya. Apabila remaja memiliki motivasi studi lanjut yang tinggi, akan terbuka peluang baginya untuk memperoleh kesejahateraan di masa depan, begitu juga sebaliknya.
Generasi muda yang sejahtera dan produktif tentunya turut menyejahterahkan kehidupan dan pertumbuhan bangsa dan negara. Hal inilah yang secara tidak langsung tersirat dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

B. Bimbingan Karir Di Sekolah
1. Pokok – Pokok Pelayanan Bimbingan Karir di Sekolah
Menurut Sukardi & Kusmawati (2008:14) dalam bidang bimbingan karir, pelayanan bimbingan dan konseling di SMP, SMA/SMK membantu siswa merencanakan dan mengembangkan masa depan karir. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok – pokok sebagai berikut:
a. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan.
b. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang hendak dikembangkan.
c. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
d. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.
2. Syarat – Syarat Dilaksanakan Program Bimbingan Karir Di Sekolah
Bimbingan karir dimasukkan ke dalam kerangka umum pendidikan karir, dimana pendidikan karir akan berfungsi dalam perkembangan karir. Untuk itu menurut Winkel & Hastuti (2010:673) program bimbingan karir di sekolah harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:
a. Terpusat pada siswa, yang mengandung tuntutan memberikan serangkaian pengalaman yang dibutuhkan oleh para siswa, yang mengandung tuntutan memberikan serangkaian pengalaman yang dibutuhkan oleh para siswa untuk meningkatkan perkembangan karir mereka.
b. Berorientasi pada lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya yang mengelilingi para siswa, dengan mengindahkan bahwa lingkungan itu akan mengalami berbagai perubahan yang mempunyai dampak terhadap perkembangan karir orang muda.
c. Terarah ke arah perkembangan seperangkat kemampuan peserta didik yang mereka butuhkan untuk dapat merencanakan masa depannya dan mengimplementasikan rencana itu dalam rentetan tindakan nyata.
3. Cakupan Materi Bimbingan Karir
Program bimbingan karir disusun berdasarkan struktur program bimbingan dan konseling serta perkembangan karir. Adapun materi bimbingan karir menurut Salahudin (2010:119) mencakup:
a. Informasi tentang dunia kerja, hubungan industrial, dan layanan perkembangan belajar.
b. Substansi informasi dunia kerja, meliputi antara lain lapangan kerja, jenis dan persyaratan jabatan, prospek dunia kerja, budaya kerja.
c. Substansi hubungan industrial, meliputi hubungan kerja, sarana hubungan industrial, dan masalah khusus ketenagakerjaan.
d. Substansi layanan perkembangan belajar, meliputi antara lain kesulitan belajar, minat, dan bakat, masalah sosial, dan masalah pribadi.
4. Tujuan Bimbingan dan Konseling Karir Di Sekolah
Menurut Salahudin (2010:116) secara umum, tujuan bimbingan dan konseling karir di sekolah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
b. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi kerja.
c. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita – cita karirnya di masa depan.
d. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri – ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
e. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran – peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
f. Mengenal keterampilan, minat dan bakat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh minat dan bakat yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap orang harus memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berniat terhadap pekerjaan tersebut.
g. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
h. Memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana hubungan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan, dan bermartabat.
5. Bimbingan Karir Sebagai Bagian Dari Pendidikan Karir
Walaupun secara formal pendidikan karir belum dikenal dalam dunia pendidikan sekolah di Indonesia, namun masyarakat Indonesia mengenal apa yang disebut bimbingan karir, dimana bimbingan karir merupakan bagian dari pendidikan karir. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Winkel & Hastuti (2010:673) bahwa:
Menurut konsepsi pendidikan karir, bimbingan karir merupakan bagian integral dari keseluruhan program pendidikan karir. Seluruh kegiatan bimbingan karir melengkapi usaha – usaha pendidikan karir yang lain.... Dengan demikian bimbingan karir atau bimbingan jabatan merupakan salah satu wujud upaya pendidikan karir atau pendidikan jabatan, dan harus sama – sama berorientasi pada pendampingan proses perkembangan karir manusia muda.

C. Pendidikan Karir Di Sekolah
Tujuan remaja bersekolah adalah mencapai sesuatu yang bersangkutan dengan masa depan, yaitu pekerjaan atau karir. Dengan kata lain, pendidikan sekolah akhirnya akan bermuara pada suatu karir atau jabatan yang bermakna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat. Pencapaian tujuan ini tidaklah lepas dari usaha – usaha berbagai pihak untuk mempersiapkan dan mendampingi remaja dalam proses pemilihan dan pengambilan keputusan karir. Usaha – usaha untuk mempersiapkan remaja dalam pengambilan keputusan karir antara lain berupa pemberian informasi sehubungan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai, yang semuanya diperlukan dalam menekuni karirnya. Hal ini diwujudkan dalam apa yang disebut pendidikan karir (career education).
Hoyt (1975) dalam Fuhrmann (1990:458) mendefinisikan pendidikan karir sebagai “kombinasi dari berbagai aktifitas dan pengalaman dimana melalui berbagai aktifitas dan pengalaman tersebut individu – individu memperpersiapkan diri mereka untuk bekerja (baik yang dibayar maupun tidak) selama hidup mereka.” Pendidikan karir menurut Beane (1979 dalam Fuhrmann 1990:459) “menolong orang dalam mengembangkan keterampilan – keterampilan hidup (life skills), nilai dan minat pribadi, penghargaan terhadap kerja dan komitmen pada masyarakat dan kemawasan diri.” Selanjutnya Herr (1979) menegaskan bahwa “terutama di era teknologi tinggi masa kini, secara pribadi setiap orang harus menyadari kelebihan, kelemahan, dan apa yang mereka sukai; mereka memerlukan berbagai keterampilan untuk menggunakan berbagai sumber dan material, keterampilan untuk mempertimbangkan berbagai alternatif, untuk membuat keputusan, dan memahami hubungan antara pendidikan dan pekerjaan.” (Fuhrmann, 1990:459). Pendidikan karir harus mencakup semua hal tersebut dan juga mengembangkan keterampilan – keterampilan khusus.
  1. Tujuan Pendidikan Karir Di Sekolah
Reinhart (1979) dalam Winkel & Hastuti (2010:670) mendeskripsikan pendidikan karir sebagai usaha dalam lingkungan pendidikan sekolah dan masyarakat luas untuk membantu semua individu selama seluruh kehidupannya untuk mencapai tujuan – tujuan sebagai berikut:
a. Mengenal berbagai jenis jabatan yang terbuka baginya dan sekaligus bermakna serta memuaskan, menghayati semua nilai yang diamali oleh masyarakat yang berorientasi pada kerja.
b. Menjadi mampu untuk mengambil keputusan rasional sehubungan dengan tujuan – tujuan yang ingin diperjuangkan dalam bidang kegiatan/aktivitas vokasional.
c. Melaksanakan keputusan tadi secara nyata dalam bentuk mengintegrasikan semua nilai yang terkandung dalam bekerja (vocational value) serta semua sikap yang dituntut dalam bekerja (vocational attitude) dalam seluruh gaya hidupnya.
Berdasarkan deskripsi pendidikan karir di atas, Winkel & Hastuti (2010:670) merumuskan bahwa program – program pendidikan karir di berbagai jenjang pendidikan sekolah bertujuan:
a. Mendampingi orang muda mengeksplorasi beraneka kelompok jabatan (occupational clusters).
b. Memahami berbagai tuntutan yang harus dipenuhi dan keseluruhan pergeseran yang berlangsung di pasar kerja.
c. Memperoleh kemahiran – kemahiran intelektual, pengetahuan, sikap – sikap, dan keterampilan umum serta khusus yang diperlukan untuk mulai bergerak di pasar kerja, dan mengadakan perencanaan bagi pembangunan masa depannya sendiri (career planning).
  1. Manfaat Pendidikan Karir Di Sekolah
Sebagai hasil dari proses pendidikan karir di sekolah ini, lebih lanjut Winkel & Hastuti (2010:671) merumuskan bahwa peserta didik pada masing – masing jenjang pendidikan sekolah diharapkan akan:
a. Memiliki bekal akademik, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan fluktuasi perubahan dalam masyarakat.
b. Mempunyai tata cara bekerja yang baik dan tepat dalam melakukan apa saja (good work habits).
c. Berpegang pada nilai – nilai yang mendorong mereka mau bekerja keras.
d. Menguasai cara yang tepat untuk mengambil keputusan tentang jabatan dan melamar pekerjaan di pasar kerja.
e. Memiliki keterampilan umum serta yang memungkinkan untuk mengikuti program latihan lebih luas dan mendalam dalam lingkungan jabatannya kelak (trainable).
f. Dan sudah mengambil keputusan, berdasarkan pertimbangan matang terhadap data dan fakta tentang diri sendiri serta penawaran kesempatan memperoleh pendidikan tambahan, sebelum akan memasuki lingkungan suatu jabatan.
Dengan demikian program pendidikan karir di institusi pendidikan diharapkan bermanfaat bagi anak remaja yang putus sekolah, bagi remaja yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, baik ke sekolah lanjutan atas maupun ke perguruan tinggi, bagi siswa yang tamat pendidikan menengah dan akan langsung bekerja, bagi mahasiswa untuk memantapkan diri dalam perkembangan karirnya selama belajar di perguruan tinggi, dan bahkan bagi siapapun juga yang pernah mengikuti program pendidikan karir di sekolahnya dahulu, seandainya pada masa tengah umur terpaksa memulai karir yang kedua (second career).
DAFTAR PUSTAKA
Fuhrmann, Barbara S., Adolescence, Adolescents. Second Edition. Glenview, Illinois: A
Division of Scott, Foresman and Company., 1990.
Prayitno & Amti, Erman., Dasar – Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta,
2004.
Salahudin, Anas., Bimbingan & Konseling. Cet.1. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.
Santrock, John W., Remaja. Edisi Kesebelas. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007.
Suherman, Uman., Konseling Karir Dalam Rentang Kehidupan. Bandung: SPS Universitas
Pendidikan Bandung, 2009.
Sukardi, Dewa Ketut & Kusmawati, Desak P.E. Nila., Proses Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.
Sukmadinata, N.S., Bimbingan & Konseling Dalam Praktek. Mengembangkan Potensi Dan
Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro, 2007.
Winkel, W.S. & Hastuti, M.M. Sri., Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Cetakan ketujuh. Yogyakarta: Penerbit Media Abadi, 2004.

“______”. 2011. 2010, Penduduk Miskin Berkurang 1,5 Juta Jiwa. VIVAnews, [Online],

http://bisnis.vivanews.com/news/read/197376-2010--penduduk-miskin-berkurang-1-5-juta-jiwa diakses tanggal 24 November 2011.

No comments:

Post a Comment