Sunday, February 12, 2012

KONSELING KRISIS




KRISIS

A. Pengertian Krisis

Dalam kamus psikologi C.P. Chaplin (1993:117), krisis di definisikan sebagai “titik balik ditandai oleh 
kemajuan atau kemunduran yang tajam.” Selanjutnya Chaplin (ibid:118) menyebutkan juga bahwa krisis adalah “satu keputusan yang besar dan sangat penting bagi seseorang.” Sedangkan pengertian krisis dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1997) adalah “keadaan yang berbahaya, keadaan genting, kemelut, dengan suram dalam berbagai hal seperti ekonomi dan moral.”

Business Dictionary mendefinisikan krisis adalah “kejadian atau peristiwa penting dan genting atau titik pengambilan keputusan, dimana jika tidak diatasi dengan cara dan waktu yang tepat (atau bahkan tidak diatasi sama sekali), maka akan mengakibatkan bencana dan tragedi.” Webster mendefinisikan krisis sebagai suatu masa yang gawat/kritis sekali dan suatu titik balik dalam sesuatu. Istilah ini sering dipakai untuk menunjukkan suatu reaksi dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Krisis dapat membawa kesempatan dan juga bahaya. Kesempatan untuk bertumbuh menjadi lebih baik jika ditangani dengan benar dan bahaya jika penangannya tidak benar. Menurut Wikipedia, krisis adalah situasi dari suatu sistem yang kompleks (keluarga, ekonomi, masyarakat) yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga penting mengambil keputusan segera, namun penyebab disfungsi ini tidak diketahui.


B. Unsur - Unsur Krisis

Unsur-unsur yang umum dalam sebuah krisis, menuru Norman Wright (1993) dalam Haksasi (2010:9-10) adalah:

1. Kejadian yang penuh resiko

Ini adalah kejadian yang mengawali suatu reaksi berantai dari kejadian- kejadian yang mencapai puncaknya dalam suatu krisis. Seorang istri yang masih muda yang bersiap-siap menghadapi kariernya selama tujuh tahun sekarang menemukan dirinya hamil. Seorang mahasiswa tahun terakhir yang menyerahkan dirinya untuk bermain sepak bola selama waktu kuliahnya agar dipilih sebagai pemain profesional, mengalami kecelakaan sehingga pergelangan kakinya hancur. Seorang duda yang memelihara lima orang anak pra remaja kehilangan pekerjaannya dalam suatu profesi yang sangat khusus. Semua orang yang disebut di atas mempunyai banyak persamaan. Adalah penting bagi orang-orang yang berada dalam krisis dan bagi para penolong untuk mengenal peristiwa- peristiwa yang menimbulkan krisis itu.

2. Keadaan rentan

Tidak semua peristiwa ini membawa seseorang kepada suatu krisis. Kalau orang tidak rentan, pasti krisis itu tidak mungkin terjadi. Tidak tidur dua malam saja bisa membuat seorang menjadi rentan terhadap suatu situasi yang biasanya dapat ia tanggulangi tanpa kesulitan. Keadaan sakit dan tertekan menyebabkan mekanisme untuk mengatasi masalah makin menurun. Baru-baru ini saya berbicara dengan seorang wanita yang ingin melepaskan anak angkatnya, membatalkan suatu peristiwa pengumpulan dana yang penting dan meninggalkan usahanya. Ia sedih karena ada ancaman suatu kehilangan lain dalam hidupnya. Saya mengatakan kepadanya untuk tidak membuat keputusan selama ia mengalami depresi, karena keputusan-keputusan itu sering disesalkan kemudian.

3. Faktor pencetus yang menimbulkan krisis

Cara lain untuk mengatakan hal ini ialah bahwa ini adalah faktor terakhir yang ditambahkan pada faktor-faktor lain. Sebagian orang kelihatannya dapat menguasai diri pada saat dilanda kehilangan yang cukup berat atau kehancuran hati, tetapi kemudian mereka ambruk karena suatu persoalan kecil saja. Ini merupakan persoalan yang terakhir, tetapi reaksi dan air mata saat itu merupakan tanggapan terhadap kehilangan yang cukup berat sebelum itu.

4. Keadaan krisis yang aktif. Ketika seseorang tidak dapat lagi mengatasi situasi, maka krisis yang aktif dapat berkembang. Hal ini ditandai dengan adanya gejala-gejala stress, sikap panik atau gagal, fokusnya adalah untuk pembebasan dan efisiensi yang menurun. Ada beberapa petunjuk tentang keadaan ini.

1) Ada gejala-gejala stres -- secara psikologis, fisiologis, atau kedua-duanya. Ini dapat termasuk depresi, sakit kepala, kegelisahan, luka lambung. Selalu ada suatu jenis kegelisahan yang ekstrem.

2) Ada sikap panik atau gagal. Orang itu mungkin merasa bahwa ia telah berusaha sekuat tenaga, namun tidak ada hasilnya. Karena itu ia merasa seperti seorang yang gagal -- kalah dan tidak berdaya. Tidak ada harapan. Ia mempunyai dua jalan untuk menanggapi hal tersebut saat ini: pertama, menjadi terdorong untuk berperilaku yang tidak produktif, misalnya: mengikuti arus zaman, mabuk-mabukan, memakai obat bius, kebut-kebutan, atau terlibat dalam suatu perkelahian. Jalan yang kedua adalah menjadi acuh tak acuh atau apatis. Satu contoh adalah tidur terus- menerus.

3) Fokusnya adalah pada pembebasan. "Keluarkan aku dari keadaan ini!" merupakan keinginan dan jeritannya. Ia ingin lepas dari penderitaan karena stres tersebut. Kondisinya tidak memungkinkan dia untuk bertindak secara rasional dalam menghadapi masalah itu. Kadang-kadang seseorang yang berada dalam keadaan krisis kelihatan bingung atau bahkan memberikan reaksi dengan cara yang aneh-aneh. Dalam usaha-usaha mereka, mereka dalam keadaan agak kalut sehingga mengharapkan orang lain untuk menolong. Mereka mungkin akan terlalu bergantung kepada orang lain untuk menolongnya keluar dari permasalahan yang mereka hadapi.

4) Pada masa itu efisiensi menurun. Orang-orang dalam krisis yang aktif mungkin akan tetap berfungsi secara normal, tetapi daya bereaksi mereka yang seharusnya 100% mungkin menurun sampai sekitar 60%. Semakin besar ancaman dari penilaian orang itu akan situasi yang dihadapi, semakin kurang efektif kemampuannya untuk mengatasi. Mereka mungkin sadar akan hal ini yang selanjutnya mematahkan semangat mereka.

Sedangkan dalam Wikipedia dijelaskan unsur – unsur krisis, mempunyai ciri khas sebagai berikut:

a) Krisis terjadi pada sistem yang kompleks (Sistem yang simpel atau sederhana tidak dapat dikenai krisis). Misalnya kita dapat menyebut terjadi krisis moral dan nilai – nilai, krisis ekonomi, krisis politik, krisis pangan, tapi tidak dapat dikatakan krisis makanan kecil.

b) Tidak berfungsinya sistem – sistem dengan baik. Perlu diingat, pada saat krisis suatu sistem tetap berfungsi dan tidak sampai berhenti sama sekali, walaupun kinerjanya buruk.

c) Keputusan yang cepat sangat penting diambil untuk menghentikan hancurnya suatu sistem lebih jauh.

d) Penyebab krisis sangat banyak dan tidak diketahui sehingga tidak mungkin diambil keputusan rasional dan familiar untuk membalikkan keadaan tersebut.

Krisis memiliki beberapa karakteristik. Menurut Seeger, Sellnow dan Ulmer “krisis memiliki tiga karakter, yaitu spesifik, tidak terduga, dan bukan kejadian yang terjadi setiap hari atau rangkaian kejadian yang menimbulkan tingkat ketidakpastian yang tinggi dan mengancam atau dianggap mengancam tujuan yang paling utama dari suatu organisasi.” Dengan kata lain suatu kejadian dikatakan krisis jika memiliki 3 karakteristik berikut: (1) tidak terduga (mengejutkan); (2) menimbulkan ketidakpastian; (3) dipandang sebagai ancaman terhadap tujuan – tujuan yang penting. Venette menyatakan bahwa “krisis adalah suatu proses transformasi dimana sistem lama tidak dapat dipertahankan lagi.” Oleh karena itu, karakteris ke empat adalah kebutuhan akan perubahan. Jika perubahan tidak diperlukan, maka kejadian atau situasi tersebut dapat dikatakan sebagai suatu kegagalan.


C. Jenis - Jenis Krisis

Wikipedia merumuskan jenis – jenis krisis sebagai berikut:

1. Krisis yang menyangkut masalah kemiskinan.

Terdapat dua jenis krisis yang masuk dalam kategori ini, yaitu:

a. Krisis karena tidak memiliki pekerjaan. Krisis ini dapat mengakibatkan seseorang tidak memiliki tempat tinggal atau menjadi gelandangan. Kesulitan keuangan juga dapat mengarahkan seseorang pada kekurangan gizi dan makanan, mengalami depresi, dan mengalami berbagai penyakit.

b. Krisis karena pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan kualifikasi seseorang. Misalnya seorang sarjana bekerja sebagai tukang batu atau kuli bangunan. Krisis ini sering kali terjadi akibat kurangnya lapangan pekerjaan. Akibat dari krisis ini seseorang dapat merasa rendah diri, mengalami stress mental, dan tidak banyak melakukan kontak sosial dengan sesama pekerja karena minder.

2. Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi adalah transisi yang tajam dimana terjadi penurunan siklus bisnis dan secara umum memperlambat kegiatan perekonomian.

3. Krisis Lingkungan

Terdapat tiga jenis krisis yang masuk dalam kategori ini, yaitu:

(a) Bencana Lingkungan: Bencana yang diakibatkan oleh aktifitas manusia. Akibat perubahan – perubahan yang dilakukan manusia terhadap ekosistem (misalnya penebangan hutan secara liar, pembukaan lahan baru bagi pertanian dan pemukiman, dan sebagainya) menyebabkan konsekuensi yang menyebar dan tidak berkesudahan. Hal ini termasuk punah atau matinya hewan – hewan, tumbuhan, bahkan manusia, dan terancamnya kehidupan manusia.

(b) Bencana Alam: adalah bencana yang diakibatkan secara alami oleh alam (misalnya meledaknya gunung berapi, gempa bumi, dan longsor). Bencana alam dapat mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, harta benda, ketidakstabilan sistem politik dan ekonomi.

(c) Terancam Punahnya Beberapa Spesies: adalah populasi dari suatu organisme yang terancam punah antara lain diakibatkan karena semakin berkurang jumlahnya, terancam oleh perubahan lingkungan, dan terbatasnya sumber makanan.

4. Krisis Internasional

Krisis ini didefinisikan secara bebas sebagai suatu keadaan atau situasi dimana muncul persepsi adanya ancaman, meningkatnya kecemasan, kemungkinan munculnya tindak kekerasan, dan keyakinan bahwa tindakan apapun yang muncul dapat memperluas akibat yang ditimbulkan. Contoh krisis internasional adalah krisis ekonomi global, terorisme, tsunami samudra hindia (tsunami aceh 2004).

5. Krisis Pribadi. Krisis pribadi dapat muncul akibat peristiwa luar biasa yang terjadi pada kehidupan seseorang, yang menyebabkan ketegangan dan stress yang sangat besar, dimana keadaan ini membutuhkan pengambilan keputusan yang penting dan tindakan yang tepat sebagai jalan keluarnya. Misalnya kehilangan pekerjaan, kesulitan ekonomi, kecanduan alkohol dan napza.



D. Kebutuhan - kebutuhan Manusia Dalam Krisis

Ada 14 kategori konseli yang membutuhkan pelayanan untuk menyelesaikan masalah krisis yaitu:

1. konseli yang menginginkan seseorang yang kuat untuk melindungi dan mengontrol mereka (tolong ambil alih masalah saya).

2. konseli yang membutuhkan seseorang yang menolong mereka berhubungan dengan kenyataan (tolong saya mengetahui bahwa saya bersifat nyata).

3. konseli yang merasakan kekosongan dan membutuhkan kasih (peliharalah saya).

4. konseli yang membutuhkan konselor untuk rasa aman nya (beradalah selalu untuk saya).

5. konseli yang dipengaruhi rasa bersalah dan ingin mengaku (ambillah rasa bersalah ku).

6. konseli yang membutuhkan mencurahkan segala persoalan nya (biarkan aku mencurahkan isi hati ku).

7. konseli yang merindukan nasihat-nasihat (katakan apa yang seharusnya ku lakukan).

8. konseli yang berusaha memisah-misahkan ide-ide mereka yang kompleks (tolong aku menempatkan ide-ide pada perspektif seharusnya).

9. konseli yang rindu mengerti sendiri dan mempunyai wawasan tentang masalah mereka (saya minta konseling).

10. konseli yang meilihat kegelisahan mereka sebagai masalah medis yang memerlukan perawatan dokter (aku perlu dokter).

11. konseli yang memerlukan bantuan praktis seperti bantuan ekonomi atau tempat tinggal (aku membutuhkan bantuan khusus).

12. konseli yang menganggap kesulitan mereka disebabkan hubungan-hubungan yang sedang berlangsung (lakukan itu untuk ku).

13. konseli yang membutuhkan informasi memuaskan berbagai kebutuhan mereka (katakana pada ku dimana aku dapat mencari pertolongan).

14. orang-orang yang tidak punya motivasi atau orang-orang gila yang dibawa kepada konselor tanpa kehendak mereka (aku tak membutuhkan apa-apa).


E. TAHAP – TAHAP KRISIS

Menurut Nova (2009:110-111) ada lima tahapan dalam siklus hidup krisis, yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Pre-Crisis (Sebelum Krisis)

Pre-crisis adalah kondisi sebelum suatu krisis muncul. Benih krisis sudah ada, sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis dapat terjadi. Benih yang mulai tumbuh pada tahap ini, biasanya tidak begitu diperhatikan karenanya tidak ada perencanaan menghadapi krisis.

2. Tahap Warning (Peringatan)

Dalam tahap ini suatu masalah pertama kali dikenali, dapat dipecahkan, diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang menuju pada kerusakan yang menyeluruh. Krisis dapat dengan mudah muncul pada tahap ini karena ketakutan menghadapi “badai” atau “masalah” dan menganggapnya tidak ada. Reaksi umum yang terjadi pada tahap ini adalah kaget, menyangkal, dan pura – pura merasa aman.

3. Tahap Acute Crisis (Akut)

Pada tahap inilah krisis mulai terbentuk. Jika krisis sudah sampai tahap ini, seseorang atau suatu sistem tidak dapat berdiam diri, karena akibat krisis mulai menimbulkan kerugian. Saat ini, segala upaya dilakukan untuk menghadapi krisis.

4. Tahap Clean-up (Pembersihan)

Pada tahap ini dilakukan pemulihan dari kerugian – kerugian yang diakibatkan oleh krisis. Dalam tahap pemulihan dapat melibatkan pihak – pihak lain misalnya konselor, pihak penegak hukum, dan para ahli – ahli lain terkait dengan krisis yang dihadapi.

5. Tahap Post-Crisis (Sesudah Krisis)

Ketika seseorang atau suatu sistem kembali ke kondisi yang normal dan dapat berfungsi dengan baik, maka secara formal dapat dikatakan krisis telah berakhir.

Sedangkan Wright dalam Haksasi (2010) merumuskan empat fase yang terjadi dalam setiap peristiwa krisis, yang dikelompokkan sebagai berikut:

Aspek

Fase-1 Pengaruh

Fase-2 Penarikan diri-Kebingungan

Fase-3 Penyesuaian diri

Fase-4 Pembangunan kembali-Pendamaian


Waktu

Jam

Hari

Minggu

Bulan


Tanggapan

Menghadapi-Lari

Marah-takut-gusar-merasa bersalah

Memulai pikiran positif

Pengharapan


Pikiran

Mati rasa -kehilangan orientasi

Ragu-ragu

Tidak pasti

Memecahkan masalah

Mengkonsolidasi pemecahan masalah


Arah

Mencari objek yang hilang

Tawar menawar-melepaskan

Mencari objek baru

Mengingatkan diri kembali


Perilaku mencari

Mengenangkan

Mengamati dengan bingung

Menyelidiki dengan terpusat

Menguji realitas


Bimbingan yang dibutuhkan

Menerima perasaan

Petunjuk yang berorientasi tugas

Dukungan-wawasan rohani

Pemecahan masalah-pengharapan yang menguatkan




DAFTAR PUSTAKA

Business Dictionary, diakses tgl 05 Desember 2011., Tersedia di:

http://www.businessdictionary.com/definition/crisis.html

Chaplin, C.P., Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan Kartini Kartono. Ed.1, Cet.1., Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 1993

Haksasi, Banun Sri., Konseling Krisis. Cetakan I. Semarang: Amanah, 2010.

Merriam-Webster Online Dictionary, An Encyclopedia Britannica Company., diakses tanggal

05 Desember 2011., Tersedia di: http://www.merriam-webster.com/dictionary/crisis
Nova, Firsan., Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan.,

Jakarta: Grasindo, 2009.

Seeger, M. W., Sellnow, T. L., & Ulmer, R. R., Communication, organization and crisis. In

M. E. Roloff (Ed.), Communication Yearbook (Vol. 21, pp. 231-275). Thousand

Oaks, CA: Sage, 1998

Wikipedia. The Free Encyclopedia., diakses tanggal 05 Desember, 2011. Tersedia di:

http://en.wikipedia.org/wiki/Crisis

Venette, S. J., Risk Communication In A High Reliability Organization: APHIS PPQ's

Inclusion Of Risk In Decision Making. Ann Arbor, MI: UMI Proquest Information and Learning, 2003.

2 comments:

  1. Thnk u neng monik, cukup membantu dlm menyelelesaikan tgs2 s2 sy. thnk u ya

    ReplyDelete
  2. No prob (-:

    Pls visit my other blogs:

    CRAFT & DIY Projects:
    http://monicaknorralma.wordpress.com

    MY RECIPE COLLECTIONS:
    http://sugarplumkitchen.blogspot.com


    Watch my video tutorials and subscribe:
    https://www.youtube.com/user/monicakonoralma


    Thanks in advance (-:

    ReplyDelete